Jumat, 24 Oktober 2008

Spiritualitas Seni Islami



Apa yang terblesit di benak anda ketika mendengar "Seni Islam"? Mungkin macam-macam bisa disebut: Nasyid, Gambus, Qasidah, Irama Padang Pasir, atau semacamnya. Memang tidak mudah untuk mendefinisikan apa itu seni Islam? Apakah dari sudut pandang penampilan/kostum yang dikenakan pemainnya, jenis alat musiknya, asal usul tradisi musiknya, liriknya, atau apanya. Yang paling penting menurut saya adalah isi yang dipesankan lewat syair-syair itu mampu menggugah gairah keagamaan: mencintai Tuhan dan berbuat baik sesama manusia. Selebihnya kita masih bisa perdebatkan.
Pada kesempatan ini saya hanya ingin berbagai pengalaman. Seni Islami, yang saya kenal sejak kecil adalah Shalawat, Maulid, dan Qasidah dalam berbagai ragamnya. Tampaknya itu sangat berkesan bagi saya. Bacaan-bacaan Maulid yang berbahasa Arab itu memang menjadi icon di pesantren tradisional, komunitas tempat saya dibesarkan. Teks Maulid Nabi itu bermacam-macam, dan yang paling dikenal di masyarakat adalah Al-Dhiba'i, Al-Barzanji, dan Qasidah Burdah, suatu karya sastra yang berisi ajaran-ajaran Islam khususnya tasawuf . Semuanya mendapat sambutan masyarakat luas tidak hanya melalui tulisan dan lisan, tetapi juga melalui lagu yang dibacakan dalam berbagai ritual, acara-acara kemasyarakatan, dan juga direkam.
Qasidah Burdah sebagai karya musik Islam berisi ungkapan keagungan Allah swt, puji-pujian terhadap Nabi Muhammad Saw, dan nasihat-nasihat keagamaan. Bahasa yang digunakan dalam Kasidah Burdah adalah bahasa puisi Arab yang padat makna, yang setiap kata mempunyai makna yang saling berkaitan. Pilihan kata (diksi) yang digunakan oleh penyair disesuaikan dengan rima (persamaan bunyi) dan irama (tinggi-rendah lagu). Setiap kata akhir pada larik kedua mempunyai bunyi yang sama, yaitu mîm, terdapat unsur vokal yang ringan apabila diucapkan. Adapun tema Qasidah Burdah terdiri atas sepuluh tema cerita yang intinya adalah doa dan munâjât kepada Allah swt, disertai rasa rindu, cinta, dan pujian penyair kepada Nabi.
Irama seni Islam dinyanyikan disesuaikan dengan situasinya . Pada setiap event, irama yang terdengar berbeda karena diselaraskan dengan kondisi ruang dan waktu juga dengan situasi pendengar (audiens). Misalnya, apabila Maulid dan Burdah dinyanyikan pada acara ritual keislaman yang resmi digunakan irama yang rendah nadanya, sedangkan pada acara yang bersifat umum (festival), irama yang dinyanyikan terdengar suara tinggi dan menghentak.

Adapun alat musik yang digunakan pada nyanyian Islami bisa berbeda-beda antara penyanyi yang satu dengan yang lain; antara negara satu dengan negara lain; antara daerah satu dengan daerah lain. Hal ini bergantung pada selera penyanyi atau pelantunnya. Misalnya, di Mesir, lagu Qasidah Burdah, dan lagu-lagu Arab lainnya, dilengkapi dengan alat-alat musik khas Arab, seperti ud, durbakke, qânûn, nay, mijwiz, buzuq, dan rikk (www.indo.net.id). Adapun di Indonesia, ”Ar-Raudhah Group”, kelompok musik Kasidah Burdah dari Pesantren Syaykhona Kholil Bangkalan Madura, dan ”Terapi Musik Sufi” dari Pesantren Darussalam Ciamis, menggunakan alat musik lengkap yang terkumpul dalam electone. Ada juga yang tidak menggun alat musik seperti yang dilantunkan oleh Muhammadun Zain dari Semarang, tetapi memakai backsound yang dinyanyikan oleh para santrinya.

Pada perkembangannya seni Islam menyesuaikan dengan kultur setempat, namun pada intinya dari zaman ke zaman senantiasa dapat bertahan dan menyesuaikan diri dengan selera penikmatnya atau konsumennya. Kekuatan seni Islam terletak pada fitur tekstualnya dan makna setiap katanya yang dapat mempengaruhi batin pembaca dan pendengarnya. Menurut saya seni Islam itu tidaklah terbatas pada bentuk-bentuk tradisional seperti yang sebut di muka. Segala seni modern, asalkan bisa membawa pada pendalaman-pengayaan minat keagamaan dan memacu kehidupan umat untuk makin menjadi religius sah-sah saja kita sebut sebagai seni Islami. Hanya saja, kesan saya, dewasa ini banyak seni yang terlalu bebas mengumbar kebebasan seni itu sendiri. Ini karena pengaruh paham era kebebasan yang menjadi "Tuhan" baru bagi manusia modern. Jadinya buat mereka yang suka berkreasi, silakan mengembangkan jiwa-seninya dengan tujuan demi menggapai dan mengembangkan nilai keindahan.

Tidak ada komentar: