Senin, 27 Oktober 2008

Fenomena Pesantren Anak-anak

Pesantren sudah cukup dikenal di masyarakat kita karena memang usianya sudah lebih dari dua abad. Institusi Islam inilah yang selama ini banyak menghasilkan Ulama-ulama di tanah air. Seperti banyak diberitakan, di pesantren para santri belajar, mereka tinggal/menetap di situ. Pada umumnya usia santri adalah usia-usia menjelang dewasa, usia-usia 15-25 tahunan. Belum banyak yang diketahui publik bahwa sejauh ini ada pesantren anak-anak, usia santri memang masih sangat muda: 5-12 tahun. Unik bukan? Dimana ada pesantren ini dan bagaimana kehidupan santri cilik di dalamnya?
Pesantren anak-anak memang fenomena baru di tanah air.
Kira-kira tahun 1980-an mulai bermunculan. Yang paling dikenal mula-mula adalah Pesantren anak-anak di Sedayu Gresik. Di kawasan ini lahir dan berkembang model pendidikan anak dengan sistem pesantren layaknya orang dewasa. Kegiatan utama santri adalah mengaji al-Qur’an dan mempraktekkan syariat Islam. Prof. Dr. Imam Bawani (guru besar IAIN Sunan Ampel Surabaya), untuk disertasinya melakukan penelitian tentang fenomena unik pesantren anak ini. Pada perkembangannya, model pesantren ini diadopsi dan dikembangkan di kota lain. Muncullah pesantren anak di Mronjo Blitar, di Badal Kediri, di Jombang, di Krempyang Nganjuk, di Pasuruan, di Ponorogo, di Ngunut Tulungagung, dan di sejumlah tempat lainnya. Lalu bagaimana kehidupan anak-anak di situ? Bukankah mereka masih belum bisa mengurus dirinya?
Santri cilik ya menetap di pesantren, meskipun mereka masih berumur 6 tahun. Di pesantren, anak-anak itu ada yang mendampingi, mengawasi, dan membinanya. Setiap bapak/ibu pengasuh biasanya diserahi tanggungjawab sekitar 5-10 anak. Mereka inilah yang mengontrol anak-anak untuk seluruh aktifitas pada jam-jam shalat, mengaji, makan, bermain, belejar, atau lainnya. Mencuci dan masak adalah pekerjaan tim manajemen pesantren. Jadwal untuk anak-anak biasanya agak longgar, tidak seketat jadwal pada pesantren dewasa.
Di pesantren, anak-anak juga dilibatkan dalam berbagai kegiatan. Berikut ini saya upload kan pentas gerak-tari Rodhat menjelang acara Wisuda Santri di Pesantren Anak-anak TK/SDI Sunan Giri PPHM Ngunut Tulungagung bulan agustus 2008 lalu. Untuk melihatnya klik tombol play (panah), dan untuk mendengarnya silakan pakai headset:




Mengenai pengajaran dan pendidikan secara umum tetap mengikuti standar yang berlaku. Pada jam-jam sekolah pk.07.00-12.00 anak-anak itu ikut sekolah formal: TK atau SD. Kegiatan khas pesantren yakni mengaji mengambil waktu lain: sehabis subuh, seusai ashar, dan sesudah maghrib. Pada tingkat awal mereka diajari al-Qur’an secara tartil sampai lancar dan
khatam, mengamalkan shalat fardlu, menghafal berbagai doa, hafalan surat Ya Sin dan surat pilihan lainnya, wiridan sesudah shalat fardlu, tahlil, dan baca tulis huruf arab. Ini biasanya ditempuh 2 tahunan, yang diakhiri dengan prosesi Khataman atau Wisuda Santri Cilik. Sesudah itu jika mereka masih ingin tetap di pesantren mereka akan masuk pada tingkatan diniyyah.

Berdasarkan pengamatan saya selama ini, kehidupan anak-anak di pesantren cukup wajar dan normal. Orang tua tidak perlu mencemaskan anak-anaknya. Yang berat adalah pada masa awal melepas sang anak masuk ke pesantren, karena selama dua bulan pertama orang tua tidak boleh menengoknya. Hal itu merupakan masa penyesuaian diri anak dengan kehidupan barunya. Setelah itu semua akan akan berjalan apa adanya. Hasilnya........anak-anak mulai mandiri. Ngajinya mulai lancar, ibadahnya mulai terbangun, pergaulannya luas, akhlaqnya terkontrol, dan pelajaran umumnya pun tidak ketinggalan. Bagus bukan. Anda tertarik? Atau masih penasaran? Atau anda juga punya pengalaman memasukkan sang anak ke pesantren, insya Allah kita bisa berbagai pengalaman. Silakan kontak lewat email saya: ahamiraziz@yahoo.co.id


1 komentar:

munir mengatakan...

tank tuk pemikirannya yaa pak,q harus nimba ilmu niiii.